Musim panas dan musim hujan, nyamuk selalu ada, apalagi musim hujan adalah musim kawin bagi nyamuk... kalo kita pake obat nyamuk bakar dan semprot tetap aja efeknya gak bagus buat pernafasan...nah kita akan memberikan tips yang aman dan segar dan HEMAT tanpa harus keluar uang banyak....
Caranya:
1. Ambillah beberapa batang sereh
2. Potonglah batang batang sereh tadi jadi bagian tipis tipis
3. Setelah dipotong, pindahkan ke wadah,bisa piring kecil atau apa aja yg bisa...
4. Kemudian letakkanlah wadah yang berisi potongan sereh tadi,Dibawah tempat tidur atau dimana tempat yang banyak nyamuk.
5. Di jamin nyamuk lari..dan ruangan jadi segar beraroma sereh...sereh tahan berbulan bulan, semakin kering semakin bagus....
Info:
Sewaktu kita mau Ngepel Lantai, Tuang secukupnya Minyak Sereh pada timba pengepel. Boleh juga Minyak Sereh di campur air untuk di semprotkan ke seluruh ruang Rumah.Untuk mengusir Nyamuk yang bersarang disudut² Rumah. Minyak Sereh ada di Jual di Apotik.
Selamat mencoba
Showing posts with label Tumbuhan Obat. Show all posts
Showing posts with label Tumbuhan Obat. Show all posts
Friday, July 31, 2015
Friday, November 7, 2014
Manfaat Ciplukan untuk Kesehatan
Khasiat Tanaman Ciplukan - Ciplukan (Physalis
angula) adalah salah satu tanaman herbal yang
merupakan tumbuhan semak semusim. Herbal
ciplukan ini biasanya hidup di pinggir selokan,
tanah-tanah kosong yang tidak terlalu becek. di
pinggiran yang mudah ditemukan di ladang,
kebun, pinggiran sungai, lereng tebing sungai
bahkan dimanapun yang cocok dengan syarat
tumbuhnya.
Ciplukan tumbuh baik pada ketinggian 0-1800
m dpl. Tanaman semak setinggi 30-80 cm,
batang tegak, bersegi 4, berkayu, lunak,
berwarna hijau.
Daun ceplukan berbentuk bulan telur dengan
ujungnya yang meruncing. Tepi daun terkadang
rata terkadang tidak dengan panjang daun
antara 5-15 cm dan lebar 2-10 cm.
Bunga ceplukan (Physalis angulata) terdapat di
ketiak daun, dengan tangkai tegak berwarna
keunguan dan dengan ujung bunga yang
mengangguk. Kelopak bunga berbagi lima,
dengan taju yang bersudut tiga dan meruncing.
Mahkota bunga menyerupai lonceng, berlekuk
lima berwarna kuning muda dengan noda kuning
tua dan kecoklatan di leher bagian dalam.
Benang sari berwarna kuning pucat dengan
kepala sari biru muda.
Buah ciplukan (Physalis angulata) terdapat
dalam bungkus kelopak yang menggelembung
berbentuk telur berujung meruncing berwarna
hijau muda kekuningan, dengan rusuk keunguan,
dengan panjang sekitar 2-4 cm. Buah buni di
dalamnya berbentuk bulat memanjang
berukuran antara 1,5-2 cm dengan warna
kekuningan jika masak. Rasa buah ciplukan
manis dan kaya manfaat sebagai herbal.
► Nama Lokal Ciplukan
Ceplukan atau ciplukan dikenal dengan berbagai
nama daerah (lokal) seperti keceplokan,
ciciplukan (Jawa), nyornyoran, yoryoran,
(Madura), cecendet, cecendetan, cecenetan
(Sunda), kopok-kopokan, kaceplokan, angket
(Bali), leletep (sebagian Sumatra), leletokan
(Minahasa), Kenampok, dedes (Sasak), Katobo
(Bima),lapunonat (Tanimbar, Seram), daun
kopo-kopi, daun loto-loto, padang rase,
dagameme, angket, dededes, daun boba, dan
lain-lain.
► Kandungan Ciplukan
Chlorogenik acid, C27H44O-H2O, Asam sitrun
dan fisalin, Buah mengandung asam malat,
alkaloid, tanin, kriptoxantin, vitamin C dan gula,
sedangkan bijinya mengandung Claidic acid.
Pada pohon
ceplukan mengandung senyawa-senyawa aktif
yang antara lain saponin (pada tunas), flavonoid
(daun dan tunas), polifenol, dan fisalin (buah),
Withangulatin A (buah), asam palmitat dan
stearat (biji), alkaloid (akar), Chlorogenik acid
(batang dan daun), tannin (buah), kriptoxantin
(buah), vitamin C dan gula (buah).
► Khasiat dan Manfaat Ciplukan
Ciplukan dapat dimanfaatkan sebagai
antihiperglikemi, antibakteri, antivirus,
imunostimulan dan imunosupresan
(imunomodulator), antiinflamasi, antioksidan,
analgesik, dan sitotoksik. Juga sebagai peluruh
air seni (diuretic), menetralkan racun,
meredakan batuk, mengaktifkan fungsi kelenjar-
kelenjar tubuh dan anti tumor.
Cara Meramu Obat dari Ciplukan
Khasiat tanaman herbal ciplukan sebagai obat
tradisional untuk mengobati berbagai macam
penyakit seperti:
1.Diabetes mellitus: Ambil pohon ciplukan yang
sudah berbuah cabut sampai akarnya, cuci
bersih, layukan, setelah layu rebus dengan 3
gelas air hingga airnya tinggal 1 gelas, saring
dan diminum 1 x sehari.
2.Sakit paru-paru, batuk rejan (pertusis),
bronchitis (radang saluran napas), gondongan
(paroritis), pembengkakan buah pelir (orchitis):
Ambillah pohon ciplukan lengkap dari pohon,
buah, daun, batang dan akarnya, cuci bersih,
rebus dengan 3 – 5 gelas air hingga mendidih,
saring, minum 3 x sehari 1 gelas setiap kali
minum.
3.Ayan: Ambil 8 – 10 buitr buah ciplukan yang
sudah masak. Dimakan setiap hari secara rutin.
4.Borok dan bisul: untuk borok, ambil 1
genggam daun ciplukan tambah 2 sdm air kapur
sirih, tumbuk sampai halus, kemudian
tempelkan pada bagian yang sakit.
Untuk Bisul: Ambil daun Ciplukan sebanyak 1/2
genggam dicuci bersih lalu digiling halus.
Tempelkan pada bisul, lalu dibalut. Diganti 2 kali
sehari.
5.Influenza dan Sakit Tenggorokan.Tumbuhan
Ciplukan (semua bagian) yang sudah dipotong-
potong seukuran 3-4 cm dijemur, lalu
dibungkus agar tidak lembab lagi. Kemudian
ambil kira-kira sebanyak 9-15 gram direbus,
airnya diminum. Lakukan sebanyak 3 kali sehari,
atau sesuai kebutuhan dan atau petunjuk resep
angula) adalah salah satu tanaman herbal yang
merupakan tumbuhan semak semusim. Herbal
ciplukan ini biasanya hidup di pinggir selokan,
tanah-tanah kosong yang tidak terlalu becek. di
pinggiran yang mudah ditemukan di ladang,
kebun, pinggiran sungai, lereng tebing sungai
bahkan dimanapun yang cocok dengan syarat
tumbuhnya.
Ciplukan tumbuh baik pada ketinggian 0-1800
m dpl. Tanaman semak setinggi 30-80 cm,
batang tegak, bersegi 4, berkayu, lunak,
berwarna hijau.
Daun ceplukan berbentuk bulan telur dengan
ujungnya yang meruncing. Tepi daun terkadang
rata terkadang tidak dengan panjang daun
antara 5-15 cm dan lebar 2-10 cm.
Bunga ceplukan (Physalis angulata) terdapat di
ketiak daun, dengan tangkai tegak berwarna
keunguan dan dengan ujung bunga yang
mengangguk. Kelopak bunga berbagi lima,
dengan taju yang bersudut tiga dan meruncing.
Mahkota bunga menyerupai lonceng, berlekuk
lima berwarna kuning muda dengan noda kuning
tua dan kecoklatan di leher bagian dalam.
Benang sari berwarna kuning pucat dengan
kepala sari biru muda.
Buah ciplukan (Physalis angulata) terdapat
dalam bungkus kelopak yang menggelembung
berbentuk telur berujung meruncing berwarna
hijau muda kekuningan, dengan rusuk keunguan,
dengan panjang sekitar 2-4 cm. Buah buni di
dalamnya berbentuk bulat memanjang
berukuran antara 1,5-2 cm dengan warna
kekuningan jika masak. Rasa buah ciplukan
manis dan kaya manfaat sebagai herbal.
► Nama Lokal Ciplukan
Ceplukan atau ciplukan dikenal dengan berbagai
nama daerah (lokal) seperti keceplokan,
ciciplukan (Jawa), nyornyoran, yoryoran,
(Madura), cecendet, cecendetan, cecenetan
(Sunda), kopok-kopokan, kaceplokan, angket
(Bali), leletep (sebagian Sumatra), leletokan
(Minahasa), Kenampok, dedes (Sasak), Katobo
(Bima),lapunonat (Tanimbar, Seram), daun
kopo-kopi, daun loto-loto, padang rase,
dagameme, angket, dededes, daun boba, dan
lain-lain.
► Kandungan Ciplukan
Chlorogenik acid, C27H44O-H2O, Asam sitrun
dan fisalin, Buah mengandung asam malat,
alkaloid, tanin, kriptoxantin, vitamin C dan gula,
sedangkan bijinya mengandung Claidic acid.
Pada pohon
ceplukan mengandung senyawa-senyawa aktif
yang antara lain saponin (pada tunas), flavonoid
(daun dan tunas), polifenol, dan fisalin (buah),
Withangulatin A (buah), asam palmitat dan
stearat (biji), alkaloid (akar), Chlorogenik acid
(batang dan daun), tannin (buah), kriptoxantin
(buah), vitamin C dan gula (buah).
► Khasiat dan Manfaat Ciplukan
Ciplukan dapat dimanfaatkan sebagai
antihiperglikemi, antibakteri, antivirus,
imunostimulan dan imunosupresan
(imunomodulator), antiinflamasi, antioksidan,
analgesik, dan sitotoksik. Juga sebagai peluruh
air seni (diuretic), menetralkan racun,
meredakan batuk, mengaktifkan fungsi kelenjar-
kelenjar tubuh dan anti tumor.
Cara Meramu Obat dari Ciplukan
Khasiat tanaman herbal ciplukan sebagai obat
tradisional untuk mengobati berbagai macam
penyakit seperti:
1.Diabetes mellitus: Ambil pohon ciplukan yang
sudah berbuah cabut sampai akarnya, cuci
bersih, layukan, setelah layu rebus dengan 3
gelas air hingga airnya tinggal 1 gelas, saring
dan diminum 1 x sehari.
2.Sakit paru-paru, batuk rejan (pertusis),
bronchitis (radang saluran napas), gondongan
(paroritis), pembengkakan buah pelir (orchitis):
Ambillah pohon ciplukan lengkap dari pohon,
buah, daun, batang dan akarnya, cuci bersih,
rebus dengan 3 – 5 gelas air hingga mendidih,
saring, minum 3 x sehari 1 gelas setiap kali
minum.
3.Ayan: Ambil 8 – 10 buitr buah ciplukan yang
sudah masak. Dimakan setiap hari secara rutin.
4.Borok dan bisul: untuk borok, ambil 1
genggam daun ciplukan tambah 2 sdm air kapur
sirih, tumbuk sampai halus, kemudian
tempelkan pada bagian yang sakit.
Untuk Bisul: Ambil daun Ciplukan sebanyak 1/2
genggam dicuci bersih lalu digiling halus.
Tempelkan pada bisul, lalu dibalut. Diganti 2 kali
sehari.
5.Influenza dan Sakit Tenggorokan.Tumbuhan
Ciplukan (semua bagian) yang sudah dipotong-
potong seukuran 3-4 cm dijemur, lalu
dibungkus agar tidak lembab lagi. Kemudian
ambil kira-kira sebanyak 9-15 gram direbus,
airnya diminum. Lakukan sebanyak 3 kali sehari,
atau sesuai kebutuhan dan atau petunjuk resep
Monday, March 24, 2014
Kandungan Gizi Belimbing Wuluh
Nama Lokal :
* Aceh: Limeng ungkot, selimeng,
* Gayo: selemeng
* Batak: asom, belimbing, balimbingan
* Nias: malimbi,
* Minangkabau: balimbieng,
* Melayu: belimbing asam,
* Lampung: balimbing,
* Sunda: calincing, balingbing,
* Jawa: blimbing wuluh,
* Madura: bhalingbhing bulu,
* Bali: blingbing buloh,
* Bima: limbi,
* Flores: balimbeng,
* Sawu: libi,
* Sangir: belerang.
Nama Internasional :
Averrhoa bilimbi (nama ilmiah), balimbing, bilimbi, blim-blim, bimbli, belimbing, blimbling, biling, , cucumber tree, kamias, tree sorrel, soure, atau khế tàu.
Belimbing sayur, belimbing wuluh, belimbing buluh, atau belimbing asam adalah sejenis pohon kecil yang diperkirakan berasal dari Kepulauan Maluku, dan dikembangbiakkan serta tumbuh bebas di Indonesia, Filipina, Sri Lanka, dan Myanmar. Tumbuhan ini biasa ditanam di pekarangan untuk diambil buahnya. Buahnya yang memiliki rasa asam sering digunakan sebagai bumbu masakan dan campuran ramuan jamu.
Pohon tahunan dengan tinggi dapat mencapai 5-10m. Batang utamanya pendek dan cabangnya rendah. Batangnya bergelombang (tidak rata). Daunnya majemuk, berselang-seling, panjang 30-60 cm dan berkelompok di ujung cabang. Pada setiap daun terdapat 11 to 37 anak daun yang berselang-seling atau setengah berpasangan. Anak daun berbentuk oval.
Kandungan Gizi Belimbing sayur, belimbing wuluh, belimbing buluh, atau belimbing asam per 100 g bagian yang bisa dimakan :
* Kelembaban 94,2-94,7 g
* Protein 0,61 g
* Ash 0,31-0,40 g
* Fiber 0.6g
* Fosfor 11.1 mg
* 3.4 mg Kalsium
* Besi 1,01 mg
* Thiamine 0,010 mg
* Riboflavin 0,026 mg
* Karoten 0,035 mg
* Ascorbic Acid 15,5 mg
* Niacin 0,302 mg
sumber nilai gizi belimbih wuluh : Averrhoa bilimbi
* Aceh: Limeng ungkot, selimeng,
* Gayo: selemeng
* Batak: asom, belimbing, balimbingan
* Nias: malimbi,
* Minangkabau: balimbieng,
* Melayu: belimbing asam,
* Lampung: balimbing,
* Sunda: calincing, balingbing,
* Jawa: blimbing wuluh,
* Madura: bhalingbhing bulu,
* Bali: blingbing buloh,
* Bima: limbi,
* Flores: balimbeng,
* Sawu: libi,
* Sangir: belerang.
Nama Internasional :
Averrhoa bilimbi (nama ilmiah), balimbing, bilimbi, blim-blim, bimbli, belimbing, blimbling, biling, , cucumber tree, kamias, tree sorrel, soure, atau khế tàu.
Belimbing sayur, belimbing wuluh, belimbing buluh, atau belimbing asam adalah sejenis pohon kecil yang diperkirakan berasal dari Kepulauan Maluku, dan dikembangbiakkan serta tumbuh bebas di Indonesia, Filipina, Sri Lanka, dan Myanmar. Tumbuhan ini biasa ditanam di pekarangan untuk diambil buahnya. Buahnya yang memiliki rasa asam sering digunakan sebagai bumbu masakan dan campuran ramuan jamu.
Pohon tahunan dengan tinggi dapat mencapai 5-10m. Batang utamanya pendek dan cabangnya rendah. Batangnya bergelombang (tidak rata). Daunnya majemuk, berselang-seling, panjang 30-60 cm dan berkelompok di ujung cabang. Pada setiap daun terdapat 11 to 37 anak daun yang berselang-seling atau setengah berpasangan. Anak daun berbentuk oval.
Kandungan Gizi Belimbing sayur, belimbing wuluh, belimbing buluh, atau belimbing asam per 100 g bagian yang bisa dimakan :
* Kelembaban 94,2-94,7 g
* Protein 0,61 g
* Ash 0,31-0,40 g
* Fiber 0.6g
* Fosfor 11.1 mg
* 3.4 mg Kalsium
* Besi 1,01 mg
* Thiamine 0,010 mg
* Riboflavin 0,026 mg
* Karoten 0,035 mg
* Ascorbic Acid 15,5 mg
* Niacin 0,302 mg
sumber nilai gizi belimbih wuluh : Averrhoa bilimbi
Rumput Teki (Cyperus rotundus L.)
Kandungan kimia
Mengandung 0,45 - 1 % minyak atsiri, bobot jenis 0,98929 - 0,9907, indeks bias 1,5127, memutar bidang polarisasi ke kanan +11,7 hingga +16,1 nilai penyabunan setelah asetilasi 16,5 sampai 98%. Di perdagangan dikenal dengan nama Cyperiol oil atau Oil of cyperiol atau Oil of Cyperus.1) Minyak atsiri yang berasal dari Cina mengandung siperen, paskolenon, sedangkan yang berasal dari Jepang mengandung siperol, siperen (siperene I dan siperene II), a-siperone, siperotundon dan siperulon, disamping itu ditemukan pula alkaloid dan flavonoid, triterpen.4) a-Siperon merupakan senyawa seskuiterpen keton, dan kadarnya dalam minyak atsiri sekitar 35-54%.Minyak atsiri yang dikandung dalam umbi ini dilaporkan memiliki potensi sebagai antibiotik terhadap kuman Staphyllococcus aureus.4,9) Kandungan yang lain berupa karbohidrat, seperti d-glukosa (41,7%), d-fruktosa (9,3%) dan gula tak mereduksi (4%).9)
Efek biologik
Minyak atsiri dapat berefek estrogenik lemah pada tikus. Pada pemberian 0,2 ml setiap 6 jam dapat menimbulkan keratinisasi sel-sel epitel vagina 48 jam kemudian. Pada takaran 0,3 ml dapt ditemukan endapan sel darah putih di antara sel-sel yang terkeratinisasi; hal ini dimungkinkan karena akibat adanya stimulasi minyak atsiri (kemungkinan disebabkan dari cyperene I). Secara umum kandungan minyak atsiri cyperus rotundus mempunyai efek estrogenik; hal tersebut yang memung-kinkan digunakannya pada keadaan menstruasi yang tak teratur.
Ekstrak cair 5% dapat mengurangi kontaktilitas "uterus terisolir" kucing dan anjing (baik yang hamil maupun yang tidak hamil).
Efek ekstrak etanol yang diberikan dengan takaran 100 mg/kg BB secara intra peritoneal dapat menghambat timbulnya pembengkakan yang disebabkan karena carragenin atau formaldehida. Efek tersebut lebih nyata bila dibandingkan dengan 5-10 mg/kg hidrokortison (8 kali lebih kuat).
Ekstrak 20% etanol secara sub kutan dapat berefek menghilangkan rasa sakit dan menurunkan panas badan (efek analgetikum dan antipiretikum), disamping itu juga berefek mengurangi aktivitas pasif mencit mati dan juga berefek sebagai anti emetikum.
Ekstrak etanol herba dapat memberikan efek menurunkan tekanan darah 0,5-1 jam anjing teranestesi pada takaran 20 mg/kg. Efek penurun tekanan darah tersebut dapat pula disebabkan dari ekstrak air yang mengandung alkaloid, flavonoid dan senyawa fenolik.
Minyak atsiri dapat menghambat pertumbuhan Staphyllococcus aureus secara in vitro yang disebabkan karena komponen minyak atsiri siperen I dan siperen II.1,4,9)
Toksisitas
LD50 ekstrak etanol herba pada mencit secara intra peritoneal adalah 1500 mg/kg.4)
Kegunaan di masyarakat
Pada umumnya yang digunakan sebagai bahan obat adalah bagian umbi yang telah dibersihkan dari serabut yang melekat. Dalam keadaan segar, umbi dimemarkan dan dibubuhkan ke dalam minuman sebagai obat busung air, kencing batu. Air rebusan umbi umumnya digunakan sebagai pengatur haid, menyembuhkan keputihan.6) Juga bersifat sebagai penenang, antispasmodik, melunakkan feses dan mempercepat pembekuan darah pada luka baru.8)
Oleh masyarakat Indian umbi segar digunakan sebagai pilis perangsang ASI, sementara di Vietnam dipakai untuk menghentikan perdarahan rahim. Umbi yang dramu bersama daun Centella asiatica (pegagan) dan umbi Imperata cylindrica (alang-alang) digunakan sebagai diuretikum kuat (untuk melancarkan buang air kecil).8)
Tepung umbi sering digunakan oleh masyarakat Tripoli sebagai bedak dingin dengan aroma yang khas menyegarkan (sedikit berbau mentol, dan karena baunya yang khas, juga sering digunakan sebagai pencuci mulut), ternyata bau tersebut juga berefek sebagai pengusir serangga dan nyamuk, hingga sering dipakai sebagai bedak anti nyamuk.9)
Untuk pemakaian luar, umbi digiling menjadi bubuk, lalu ditaburkan ke tempat sakit atau dijadikan salep, ataupun juga diiris tipis-tipis dan ditempelkan ke tempat yang sakit.
Untuk mengatasi busung, kembung atau bengkak bisa dipakai 3 jari rimpang teki yang telah dicuci bersih dan digiling halus, kemudian diseduh dengan setengah gelas air panas, biarkan agak mendingin, setelah kira-kira suhunya suam-suam kuku airnya diambil, lalu diminum, boleh diberi gula batu atau bersama dengan madu. Sehari 3 kali atau lebih bila suka.
Umbi yang telah direbus berasa manis, sering dipipihkan untuk dibuat emping, setelah digoreng dikenal dengan sebutan "emping teki".7)
Deskripsi Tanaman
Perawakan : Herba serupa rumput (sedges non Grasses), menahun, 0,1 - 0,3 m (dapat mencapai 0,75 m).
Batang : berupa batang semu, merupakan kumpulan pelepah daun, batang asli berupa rimpang (Rhizome), percabangan Rhizome membentuk geragih (stolon), ujung stolon menjadi rumpun baru.
Daun : tunggal, berpelepah, bentuk garis, seperti daun rumput, jarang lanset atau elip, tepi rata tajam, hijau tua (atas), hijau muda (bawah), berjendul di semua permukaan, ujung meruncing pelan, lebar 2 - 6 mm, helaian bawah coklat kemerahan.
Bunga : susunan bulir majemuk rata tunggal, braktea involucrum 2-4 permanen, sepanjang atau lebih panjang dari perbungaan, lebih dari 30 cm, cabang pertama 3 - 9 terpencar, lebih dari 10 cm, spikelet runcing, 10 - 40 bunga, 1 - 3,5 x 2 mm, eluna bulat telur, tumpul, kemerahan atau coklat gelap, susunan sirip, 3-3,5 mm, tepi bening (Hialin).
Perhiasan bunga : tidak ada.
Benang sari : 1-3, kepala sari 1 mm, coklat muda.
Putik : bakal buah dan tangkai berlanjut, gundul, kepala sari 2-3.
Buah : tipe padi.
Biji : bentuk elip, dengan 2-3 sisi.
Suku : Cyperaceae
Waktu berbunga : Januari - Desember
Distribusi
Di Jawa pada elevasi 0 - 1000 m dpl.
Daerah terbuka tempat pembuangan, tepi jalan, merupakan gulma pertanian yang potensial.
Keanekaragaman
Keanekaragaman morfologi sempit.
Sifat khas
Warna epikelet merah saga, dan percabangan rimpang membentuk geragih (stolon), umbi coklat-hitam, bagian dalam putih, rasa pahit.
Pustaka
Efek biologik
Minyak atsiri dapat berefek estrogenik lemah pada tikus. Pada pemberian 0,2 ml setiap 6 jam dapat menimbulkan keratinisasi sel-sel epitel vagina 48 jam kemudian. Pada takaran 0,3 ml dapt ditemukan endapan sel darah putih di antara sel-sel yang terkeratinisasi; hal ini dimungkinkan karena akibat adanya stimulasi minyak atsiri (kemungkinan disebabkan dari cyperene I). Secara umum kandungan minyak atsiri cyperus rotundus mempunyai efek estrogenik; hal tersebut yang memung-kinkan digunakannya pada keadaan menstruasi yang tak teratur.
Ekstrak cair 5% dapat mengurangi kontaktilitas "uterus terisolir" kucing dan anjing (baik yang hamil maupun yang tidak hamil).
Efek ekstrak etanol yang diberikan dengan takaran 100 mg/kg BB secara intra peritoneal dapat menghambat timbulnya pembengkakan yang disebabkan karena carragenin atau formaldehida. Efek tersebut lebih nyata bila dibandingkan dengan 5-10 mg/kg hidrokortison (8 kali lebih kuat).
Ekstrak 20% etanol secara sub kutan dapat berefek menghilangkan rasa sakit dan menurunkan panas badan (efek analgetikum dan antipiretikum), disamping itu juga berefek mengurangi aktivitas pasif mencit mati dan juga berefek sebagai anti emetikum.
Ekstrak etanol herba dapat memberikan efek menurunkan tekanan darah 0,5-1 jam anjing teranestesi pada takaran 20 mg/kg. Efek penurun tekanan darah tersebut dapat pula disebabkan dari ekstrak air yang mengandung alkaloid, flavonoid dan senyawa fenolik.
Minyak atsiri dapat menghambat pertumbuhan Staphyllococcus aureus secara in vitro yang disebabkan karena komponen minyak atsiri siperen I dan siperen II.1,4,9)
Toksisitas
LD50 ekstrak etanol herba pada mencit secara intra peritoneal adalah 1500 mg/kg.4)
Kegunaan di masyarakat
Pada umumnya yang digunakan sebagai bahan obat adalah bagian umbi yang telah dibersihkan dari serabut yang melekat. Dalam keadaan segar, umbi dimemarkan dan dibubuhkan ke dalam minuman sebagai obat busung air, kencing batu. Air rebusan umbi umumnya digunakan sebagai pengatur haid, menyembuhkan keputihan.6) Juga bersifat sebagai penenang, antispasmodik, melunakkan feses dan mempercepat pembekuan darah pada luka baru.8)
Oleh masyarakat Indian umbi segar digunakan sebagai pilis perangsang ASI, sementara di Vietnam dipakai untuk menghentikan perdarahan rahim. Umbi yang dramu bersama daun Centella asiatica (pegagan) dan umbi Imperata cylindrica (alang-alang) digunakan sebagai diuretikum kuat (untuk melancarkan buang air kecil).8)
Tepung umbi sering digunakan oleh masyarakat Tripoli sebagai bedak dingin dengan aroma yang khas menyegarkan (sedikit berbau mentol, dan karena baunya yang khas, juga sering digunakan sebagai pencuci mulut), ternyata bau tersebut juga berefek sebagai pengusir serangga dan nyamuk, hingga sering dipakai sebagai bedak anti nyamuk.9)
Untuk pemakaian luar, umbi digiling menjadi bubuk, lalu ditaburkan ke tempat sakit atau dijadikan salep, ataupun juga diiris tipis-tipis dan ditempelkan ke tempat yang sakit.
Untuk mengatasi busung, kembung atau bengkak bisa dipakai 3 jari rimpang teki yang telah dicuci bersih dan digiling halus, kemudian diseduh dengan setengah gelas air panas, biarkan agak mendingin, setelah kira-kira suhunya suam-suam kuku airnya diambil, lalu diminum, boleh diberi gula batu atau bersama dengan madu. Sehari 3 kali atau lebih bila suka.
Umbi yang telah direbus berasa manis, sering dipipihkan untuk dibuat emping, setelah digoreng dikenal dengan sebutan "emping teki".7)
Deskripsi Tanaman
Perawakan : Herba serupa rumput (sedges non Grasses), menahun, 0,1 - 0,3 m (dapat mencapai 0,75 m).
Batang : berupa batang semu, merupakan kumpulan pelepah daun, batang asli berupa rimpang (Rhizome), percabangan Rhizome membentuk geragih (stolon), ujung stolon menjadi rumpun baru.
Daun : tunggal, berpelepah, bentuk garis, seperti daun rumput, jarang lanset atau elip, tepi rata tajam, hijau tua (atas), hijau muda (bawah), berjendul di semua permukaan, ujung meruncing pelan, lebar 2 - 6 mm, helaian bawah coklat kemerahan.
Bunga : susunan bulir majemuk rata tunggal, braktea involucrum 2-4 permanen, sepanjang atau lebih panjang dari perbungaan, lebih dari 30 cm, cabang pertama 3 - 9 terpencar, lebih dari 10 cm, spikelet runcing, 10 - 40 bunga, 1 - 3,5 x 2 mm, eluna bulat telur, tumpul, kemerahan atau coklat gelap, susunan sirip, 3-3,5 mm, tepi bening (Hialin).
Perhiasan bunga : tidak ada.
Benang sari : 1-3, kepala sari 1 mm, coklat muda.
Putik : bakal buah dan tangkai berlanjut, gundul, kepala sari 2-3.
Buah : tipe padi.
Biji : bentuk elip, dengan 2-3 sisi.
Suku : Cyperaceae
Waktu berbunga : Januari - Desember
Distribusi
Di Jawa pada elevasi 0 - 1000 m dpl.
Daerah terbuka tempat pembuangan, tepi jalan, merupakan gulma pertanian yang potensial.
Keanekaragaman
Keanekaragaman morfologi sempit.
Sifat khas
Warna epikelet merah saga, dan percabangan rimpang membentuk geragih (stolon), umbi coklat-hitam, bagian dalam putih, rasa pahit.
Pustaka
- Atal CK., & BM. Kapur, 1982, Cultivation and Utilization of Medi-cinal Plants., Regional Research Laboratory., Council of Scientific & Industrial Research., Jammu-Tawi. India., P.16, 514, 517, 565, 659, 740.
- Backer G.A., and RCB. Bakhuizen, 1965, Flora of Java., Vol 2., P. Noordhoff Groningen.
- Chang, HM., But, PPH., 1986, Pharmacology and Applications of Chinese Materia Medica., Vol 2., World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd., Singapore, p.893-895.
- Hembing Wijayakusuma, S. Dalimartha, & A.S. Wirian, 1993, Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia., Jilid 2., Pustaka Kartini., Jakarta., P.133.
- Heyne, K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia., Jilid I (terjemahan)., Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta., p. 349-350.
- Ochse J.J., 1977, Vegetables of The Dutch East Indies., English Edition., A. Asher & Co. B.V. Amsterdam., P.219-220.
- Perry L.M., 1980, Medicinal Plants of East and Southeast Asia : Attributed, Properties, and Uses., The MIT Press., Massachusetts., P.121-122.
- Watt J.M., & M.G. Breyer-BrandWijk, 1962, The Medicinal and Poisonous Plants of Southern and Eastern Africa., 2nd Ed., E.S. Livingstone Ltd. London., p.374, 1142.
Subscribe to:
Posts (Atom)