1. Wulang Sunu yang digubah dalam tembang,
Yang berisi tuntunan dalam berbakti,
mengabdi kepada orang tua,
maka perhatikanlah,
nasehat yang tertulis,
siapa yang tidak menuruti kata-kata nasehat,
akhirnya terlunta-lunta,
di zaman akhir akan mendapat celaka,
kelak matinya tersiksa.
2. Jikalau kamu sudi menjalani,
Nasehat berarti di atas kertas,
Pasti akan baik dalam urusan apa saja,
Berbakti pada ayah ibu
yang dulu kamu …
berbuat baik dan buruk,
dari ayah ibu,
saat kamu masih dalam kandungan,
ibumu lebih menderita dalam prihatin,
dalam menjaga & memeliharamu
3. Tidak enak untuk makan dan tidur,
Ibumu selalu mengidamkanmu,
Makan nasi garam saja,
Walaupun hanya minum jamu menyusui,
Menggigit tempurung pun dijalani,
Setiap hari ke sungai,
Pilis (bubuk jamu ditempel di jidat) singgul (bubuk jamu ditempel di kening) dilakoni,
Ibu selalu merawat sejak kamu kecil,
Maka rasakanlah (berimpati)
4. Makananmu nanti pahit getir,
Ibumu selalu merawat dirimu,
tidurnya sekedar sambilan (tidak nyenyak),
walau harus basah kuyup air kencingmu,
berlepotan tai tetep dijalani,
Bila kamu ingin kencing,
Kencing sambil dipangku (tatur), beralaskan ibumu,
Dimandikan pagi sore sampai bersih,
Bila lapar disuapi
5. Waktu kau umur sembilan bulan,
Pasti kau bisa merangkak,
Ibumu tetap mengasuh,
Walaupun apa adanya,
Merawat saat kamu kecil,
Bila kau kurang pangan,
Dipenuhi walau harus ngutang,
Kelak bila kau sudah dewasa tiada balas-budimu,
Sungguh kamu menganiaya.
6. Bila kelak kamu tetap lakukan,
menganiaya orang tuamu,
bakal dihukum Tuhan,
kelak bila ajal tiba,
akhirnya juga mendapat siksa,
bila orang durhaka kepada ibu,
siksaannya berat sekali,
maka wasiat ku,
jangan berani kepada ibu, dan ayah..anak ku,
perintahnya laksanakan.
7. Kenapa kamu ini,
Bila diajari ibu bapa,
Ucapanmu sering membantah,
Berlagak sudah mahir sambil membelakangi,
Hindarilah sikap itu anakku,
Tidak baik yang akan kau dapatkan,
Dunia akhiratnya,
Toh akhirnya terlunta-lunta,
Kelak akan mati sebagai seteru Tuhan,
Disiksa “malaikat”.
8. Bagi anak muda yang patuh,
Bukan begitu sikapmu,
Dibimbing ibu bapanya,
Sikapnya sopan menghargai,
Orang tuanya sebagai “wakil” Tuhan,
Datang-pergi selalu menghormat,
Seperti itu budi-pekerti yang luhur,
Serta berbakti pada Hyang Suksma, yakni Yang Kuasa mematikan dan menghidupkan,
Termasuk sandang dan pangan.
9. Kelak, bagi pemuda yang sudah salah kaprah,
Banyak bertingkah,
malang melintang tidak karuan,
membiarkan diri dalam kenistaan,
wataknya sombong tinggi hati,
suka memamerkan keelokan tubuhnya,
lagaknya acuh tak acuh,
mudah tersinggung,
meresahkan banyak orang
10. Maka jangan ada yang mengalami, tingkah laku nista,
Yang salah pasti bakal menanggung malu, ketahuan boroknya, tak ada yang bisa luput,
setiap sikap lacur,
berlagak ramah pada sesama,
ingatlah..anakku,
jangan sampai mempunyai perilaku lacur,
prihatinlah dalam setiap langkah.
11. Dan sekali lagi wasiat ingsun..anakku,
Bilamana kalian mempunyai keinginan,
Pertimbangkan dengan cermat,
Jagalah dirimu,
Bila pangkatmu kecil,
Jangan bertingkah (sok) kuasa,
Bila kalian terhormat,
Besikap sabar, bagus dan halus budi pekertinya,
Itulah perilaku utama.
12. Mangkanya jadi anak muda itu
jangan sungkan bergaul dengan orang tua (matang ilmunya),
yang bagus nasehatnya,
bukan kalian bandingannya,
sekalipun batin maupun lahir,
lahirnya menjaga tata krama,
batinnya mengabdi pada kesetiaan,
itulah wasiatku,
semua anak cucu buyut ku,
kalian terapkan perilaku mulia.
No comments:
Post a Comment