Monday, February 1, 2010

SANG GURU

Apakah masih kau anggap guruku adalah orang-orang yang berbicara itu?
Sedangkan ia mengajariku bagaimana "diam dalam senyuman-senyuman"

Apakah masih kau anggap guruku adalah orang-orang yang mengguruimu itu?
Sedangkan yang ia ajarkan adalah berguru kepada "segala sesuatu"

Apakah masih kau anggap guruku adalah orang-orang yang menceramahimu itu?
Sedangkan ia mengajariku "diam dari kata-kata"

Apakah masih kau anggap guruku adalah orang-orang yang membacakanmu buku?
Sedangkan ia mengajariku membaca kegelapan
Membaca hembusan angin badai
Membaca awan berarak menggumpal-gumpal
Membaca daun-daun berguguran
Membaca segala sesuatu yang kau nilai tak layak jual di pasaran

Alangkah malang pedomanmu
Jika wali-waliNya selalu hanya kau gambarkan bersurban dan berjenggot tebal
Kau pajang di dinding-dinding akalmu
Kau hardik dari pintu hatimu, orang-orang kusut masai itu

Alangkah imut-imutnya kerangka berpikirmu
Jika kekasihNya hanya yang gosong jidatnya
Tak kau dengarkan rintihan orang-orang yang disakiti, haus dan lapar

Alangkah ngeri duniamu
Jika keselamatan hanya kau pandang terhindarnya diri dari kematian
Jika kebahagiaan hanya kau patok terpenuhinya diri dari keinginan-keinginan

Kau seret-seret dan kau bakar guruku
Dengan api ketidakrelaan tergesernya posisimu
Yang kau sebut sebagai penegakan kebenaran

Kau lempari dan kau usir guruku
Dengan batu-batu gunung ambisi kekuasaanmu
Yang kau sebut perbaikan dan penertiban

Ribuan guruku telah kau bunuh
Kau telantarkan anak-anaknya
Kau cincang-penggal cucu-cucunya
Kau pinggirkan keturunannya

Tetapi tidak, kau tidak membunuh mereka
Kau sedang membunuh dirimu sendiri
Bukan mereka yang menghantuimu
Tapi bayangan gelap angan-anganmu

Tetapi adalah keuntungan tiada terkira bagiku
Ia curahkan ilmunya kepadaku
Kini ia mengajariku "diam dalam kata-kata"
Kini ia mengajariku berguru kepada: "Bukan Segala Sesuatu"

(Yudi Rohmad, Dalam buku "Renungan Pengantin")